Renungan... Mendidik Anak Menurut Agama Islam (Oleh : Darmono Umar)

Header Menu

Advertisement

Renungan... Mendidik Anak Menurut Agama Islam (Oleh : Darmono Umar)

Redaksi
Minggu, Oktober 09, 2022

Renungan...   Mendidik Anak Menurut Agama Islam 

              (Oleh : Darmono Umar)

Foto Istimewa Darmono Umar 

BAROMETERMAS.COM. Kota Bekasi, - Kapan Pendidikan kepada anak dimulai? Apakah sejak lahir kah?? Atau sejak bisa berbicara?? Atau sejak masuk sekolah??

Pendidikan dalam Islam dimulai sejak seseorang laki-laki memilih calon ibu yang akan melahirkan anak-anaknya.

Dalam hal ini Islam menerapkan tindakan preventif agar tidak terjadi sesuatu yang tidak dinginkan di kemudian hari.



Allah SWT berfirman : “Dan janganlah kamu nikahi Wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hati kamu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita Islam) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hati kamu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-NYA. Dan Allah menerangkan ayat-ayatNya (perintah-perintahNYA) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran”. (QS. Al Baqarah (2) : 221).



Rasulullah SAW telah menjelaskan hal ini dalam sabdanya : “Faktor pendorong untuk menikahi seorang Wanita ada empat : hartanya, keturunannya, kecantikannya serta Agamanya. Maka hendaklah kamu menjadikan agama sebagai faktor utama, (sebab jika tidak demikian ) kamu akan sengsara”. (Hadits Sahih Riwayat Imam Buchori : 4700).

Hadist ini dengan jelas memberikan arahan bagaimana seorang laki-laki memilih seorang wanita yang akan dinikahinya yang akan menjadi calon ibu dari anak yang akan dikandungnya.



Selain itu Rasulullah SAW juga memberikan kriteria memilih calon suami, sesuai sabdanya (diriwayatkan Imam Tirmizy dan Al-Hakim) : “Apabila datang kepadamu (untuk meminang) seorang laki-laki yang kamu nilai baik agama dan akhlaqnya, maka nikahkanlah dia (terimalah lamarannya), jika kamu tidak melakukan hal itu, nicaya akan terjadi fitnah dimuka bumi serta kerusakan yang besar”.

Dari dua hadist di atas, dapat disimpulkan bahwa betapa Islam sangat menitik beratkan pada kondisi pra pernikahan, agar hasil yang dibuahkan dari pernikahan itu, menjadi putra-putri yang unggul.



Setelah itu ketika ritual pernikahan dilakukan, Islam juga memberi rambu-rambu yang akan menjamin kelangsungan Pendidikan anak yang baik. Doa-doa yang dipanjatkan Ketika terjadi hubungan suami isteri dan selama mengandung, juga dapat di kategorikan sebagai upaya mempersiapkan pendidikan anak yang baik dan Islami. Kemudian Ketika jabang bayi lahir, langsung disunahkan untuk di azankan di telinga kanan dan di iqomahkan di telinga kirinya.

Al Qur’an mendahului ilmu pengetahuan mengharuskan pada ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya selama dua tahun penuh kelahirannya (QS. Al Baqarah (2) ; 233).



Pada umur empat tahun perkenalkanlah pada anak, kisah-kisah nabi terutama Rasulullah SAW. Setelah itu pada umur tujuh tahun biasakan anak mulai mendirikan sholat, apabila telah mencapai umur 10 tahun dan tidak melaksanakan sholat, maka pukullah. Begitu juga mulai dipisahkan kamar tidur antara anak laki-laki dan anak perempuan.



Ini merupakan Langkah-langkah awal pendidikan anak yang lengkap dan menyeluruh.

Menurut penelitian seorang ahli psikologi bahwa anak umur satu tahun sudah dapat mengucapkan tiga kata, umur dua tahun 272 kata dan anak umur 6 tahun 2562 kata. Pengaruh terbesar yakni 94% kemampuan berkata anak diperoleh lewat penglihatan dan pendengaran.



Kata-kata apa sajakah yang terdengar oleh anak itu, bergantung keadaan orang tuanya. Bila kedua orang tuanya beriman dan beramal shaleh, sering mengucapkan kalimat thoyyibah, maka kata-kata itulah yang akan menjadi bagian dari kepribadiannya kelak. Karena itu tidak ada jalan pintas, jika orang tua ingin punya anak shaleh, dirinya sendiri haruslah menjadi orang tua shaleh.

Membiasakan anak di rumah dalam setiap kegiatan seperti makan, minum dan lain sebagainya selalu memulai dengan ucapan Basmallah dan mengakhirinya dengan ucapan hamdallah.



Ketika tertimpa musibah mengucapkan kalimat Istirja’ (inna lillahi wa inna ilaihi roo-jiun), ketika berjanji mengucapkan Insya Allah. Berdoa sebelum dan setelah bangun tidur dan kebiasaan Islami lainnya, yang kelak akan menjadi bagian interval dari kepribadiannya.

Dengan demikian pengaruh negatif dari dunia luar dapat dibentengi oleh keteladanan orang tua.



Definisi Pendidikan Islam adalah proses yang melibatkan putra-putri muslim dalam berbagai kegiatan terarah dan terprogram dalam bingkai pemikiran, nilai, keteladanan dan dasar-dasar Islam guna meluruskan perilaku dalam membentuk kepribadian menjadi generasi yang shaleh, bermanfaat bagi diri pribadi, agama, bangsa dan umat manusia seluruhnya.

Definisi ini menggambarkan proses peningkatan Sumber Daya Manusia muslim yang shaleh dan memiliki nilai dan manfaat bagi siapa saja sebagaimana sabda Rasulullah SAW : “Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling berguna bagi manusia lain”.



Beberapa prinsip Pendidikan Islam sesuai tuntunan Al Qur’an dan Al Hadist :

1. Pendidikan Rabbani yaitu Pendidikan yang bersumber pada wahyu.

2. Pendidikan Komprehensif (menyeluruh) di semua aspek baik jasmani, rohani intelektual dan sosial.

3. Pendidikan Integritas (terpadu) dan seimbang pada semua aspek kehidupan baik jasmani, rohani, intelektual dan sosial.

4. Pendidikan yang didasarkan pada perkembangan Institusi Pendidikan Islam baik formal maupun non formal.



Islam tidak membagi-bagi ilmu pengetahuan menjadi pengetahuan agama ataupun pengetahuan umum. Semuanya adalah Ilmu Allah yang wajib dituntut.

Rasulullah SAW bersabda : “Ilmu Pengetahuan adalah barang tercecer milik orang muslim. Sehingga dimana saja ditemukan, mereka paling berhak mengambilnya”.



Sebagian besar ayat Al Qur’an adalah ayat-ayat kauniyah yang memuat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

Semoga kita semua mampu menjadi orang tua teladan untuk anak cucu keturunan kita dalam membangun generasi Rabbani, generasi Qur’ani dan generasi Islami yang berorientasi kepada ilmu pengetahuan dan teknologi.


(Diolah dari Sumber Warta PP BankExim XXXVI – Nursalim Purnomo, Drs).


(DIN)