Renungan... HAKEKAT DOA (Oleh Darmono Umar)

Header Menu

Advertisement

Renungan... HAKEKAT DOA (Oleh Darmono Umar)

Redaksi
Jumat, September 30, 2022

Renungan...  HAKEKAT DOA  (Oleh Darmono Umar)

Foto Istimewa Darmono Umar

 

BAROMETERMAS.COM. Kota Bekasi, - Semua orang, bahkan hampir semua manusia, apapun agama dan keyakinannya, pasti pernah berdoa atau bahkan setiap saat berdoa kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa agar hajat-hajatnya terkabul mendapat perkenan dari Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa.



Sebagai manusia yang merupakan mahluk ciptaan, doa dapat dimaknai dengan beberapa pemahaman, antara lain :

1. Doa adalah bukti pengakuan manusia atas kelemahan-kelemahan dihadapan Tuhannya.

2. Doa bisa dimaknai dengan ibadah tertinggi sebagai sarana memohon segala hajat kepada Tuhan.

3. Doa adalah sarana mencari ketenangan batin dan solusi atas segala permasalahan manusia, sekaligus bentuk kepasrahan diri kepada Tuhan.



Ada satu ungkapan yang penuh hikmah yang sangat bagus sebagaimana yang dituliskan oleh Ibnu Athaillah, seorang sufi masyhur pada zamannya sebagai berikut :

“Jangan sampai tertundanya karunia Tuhan kepadamu setelah engkau mengulang-ulang doamu, membuatmu putus asa. Karena DIA (Tuhan) menjamin pengabulan doamu sesuai pilihanNYA bukan sesuai pilihanMU ; pada waktu yang dinginkan-NYA, bukan pada waktu yang engkau inginkan.



Hikmah tersebut jelas sesuai dengan makna doa, yang mengakui kelemahan manusia, sekaligus pengakuan ke-Maha Kuasaan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas segala sesuatu. Juga mengajak manusia untuk selalu berfikir positif terhadap segala kejadian yang dialaminya, baik yang dirasa “enak” maupun “tidak enak”, karena ujungnya adalah kebaikan yang pasti diterimanya kelak.



Ada suatu cerita menarik. Suatu Ketika seorang anak sedang mengikuti sebuah lomba lari. Sebelum pertandingan dimulai, anak kecil itu menundukkan kepala memanjatkan doa. Pertandinganpun dimulai, ternyata dia yang pertama kali mencapai garis finish dan keluar sebagai pemenang.



Saat pengumuman pembagian hadiah, panitia bertanya kepada anak kecil itu. “Hai Juara …., kamu pasti tadi berdoa agar kamu menang yaa?? Anak itu menggeleng … “bukan Pak …, rasanya tidak adil berdoa untuk bisa mengalahkan orang lain. Aku hanya berdoa supaya tidak menangis jika aku kalah.



Semua hadirin terdiam mendengar semua itu … setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk tangan yang memenuhi ruangan. Permohonan anak ini merupakan doa yang luar biasa. Dia tidak meminta kepada Tuhan untuk mengabulkan semua harapannya, namun ia berdoa agar diberikan kekuatan untuk menghadapi apapun yang terjadi.



Seringkali kita berdoa kepada Tuhan untuk mengabulkan setiap permintaan kita. Sering kali kita meminta agar Tuhan menghalau setiap halangan yang ada di depan mata kita. Tidak salah memang, namun bukankah semestinya yang kita butuhkan adalah bimbingan dan hikmah-NYA, agar kita dapat mengerti dan memahami qodar yang sudah ditetapkan untuk kita, terutama saat kita mengalami kegagalan dan kekalahan??.



Seharusnya kita berdoa memohon kekuatan untuk bisa menerima kehendak Tuhan yang pasti terbaik untuk kehidupan kita, sekalipun mungkin itu sangat tidak menyenangkan untuk kita. Berdoa untuk menang itu biasa, tetapi berdoa untuk bisa mengerti kehendak-NYA, saat kita kalah atau hasilnya tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, itulah yang luar biasa.



Kita bisa mengambil hikmah dari tulisan ini, bahwa ternyata kemenangan dalam sebuah “perlombaan hidup” bukanlah segala-galanya. Justru yang disebut kemenangan yang hakiki adalah manakala kita mampu meraih hati sehingga semua orang terkesan akan perilaku dan tingkah laku kita yang mencerminkan nilai-nilai kebaikan. (Diolah Kembali dari berbagai sumber – Warta PP BankExim 81).


(DIN)