Nexus Intermestik Proklamasi

Header Menu

Advertisement

Nexus Intermestik Proklamasi

Redaksi
Sabtu, Agustus 14, 2021

Pusat Studi Kebangsaan Indonesia ( Puski ) Universitas Prasetiya Mulya , Adakan Webinar Nexus Intermestik Proklamasi. 

BAROMETERMAS.COM .Jakarta

Beberapa hari lagi bangsa Indonesia akan merayakan hari kemerdekaannya yang ke 76 , hari ulang tahun kemerdekaan RI itu akan diperingati pada tanggal 17 Agustus 2021. Tentu saja segenap komponen bangsa baik masyarakat , pemerintah maupun Perguruan Tinggi akan merayakan sesuai dengan cara masing- masing. Ada yang melalui pertandingan olahraga , hiburan , upacara maupun diskusi , intinya diperingati secara meriah dari ujung Sabang sampai Merauke. Namun untuk tahun ini nampaknya tidak dapat dilaksanakan mengingat pandemi covid 19 yang melanda Indonesia lebih dari delapan belas bulan.



Sambutan yang meriah dari berbagai komponen masyarakat , pemerimtah maupun Perguruan Tinggi. Hal ini dapat dimengerti mengingat proklamasi kemerdekaan menjadi bukti bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang mandiri , sebab kemerdekaan Indonesia diperoleh dari hasil perjuangan , bukan pemberian atau hadiah yang diberikan oleh bangsa lain.



Universitas Prasetiya Mulya , dalam memperingati hari ulang tahun kemerdekaan RI ke 76 pada tahun ini salah satunya adalah mengadakan webinar. Adalah Pusat Studi Kebangsaan Indonesia ( Puski ) yang menginisiasi webinar dengan maksud sebagai upaya untuk lebih memahami konteks politik internasional dan konteks politik dalam negeri ( domestik ) . Webinar bertema : Nexus Intermestik Proklamasi ", pada hari Kamis 12 / 08 / 2021.



Sesuai dengan tema : " Nexus Intermestik Proklamasi ", tentu saja pembicaraan dan pemaparan materi dari para nara sumber untuk didiskusikan dalam webinar ada hal ikhwal sekitar keterkaitan ( Nexus ) antara situasi dan kondisi atau konteks politik internasional serta situasi dan kondisi atau konteks politik dalam negeri / domestik ( Internasional dan Domestik / Intermestik ).



Ketika dihubungi, Barometermas.com melalui telefon genggam , diplomat senior A. Agus Sriyono yang menginisisi Webinar ketika ditanya tentang tujuan diselenggarakan webinar menyatakan bahwa : " tujuan yang diharapkan adalah agar para peserta dapat melihat konteks politik internasional dan konteks politik dalam negeri ( domestik ) di sekitar Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 , jelasnya.



Dalam perspektif sejarah di sekitar atau di seputar proklamasi kemerdekaan sangat penting untuk diketahui khususnya oleh generasi muda sebagai penerus bangsa. Di samping itu agar publik dapat mengetahui dan memahami tentang dinamika politik internasional dan konstelasi politik dalam negeri ketika itu , ungkap A. Agus Sriyono diplomat yang pernah menduduki jabatan sebagai Duta Besar RI untuk Tahta Suci Vatikan dan Duta Besar RI untuk Selandia Baru. 




Webinar yang diikuti oleh civitas academica Universitas Prasetiya Mulya dan terbuka untuk masyarakat umum tersebut , menghadirkan nara sumber yang memiliki kompetensi yang mumpuni di bidangnya , misalnya Dr. Hassan Wirajuda memaparkan materi tentang konteks politik internasional . Sementara itu Prof. Dr. Anhar Gonggong dan Dr. Bondan Kanumoyoso ( FIB- UI ) memberikan paparan materi konteks politik dalam negeri ( domestik ) . Sedangkan Dr. Bonny Triyana , sejarawan muda dan pemimpin redaksi Historia bertindak sebagai pembahas , sedangkan sebagai pemadu diskusi adalah Agatha Lydia Natania seorang mahasiswi.



Dalam kesempatan pertama , Dr. Hassan Wirajuda ( Menteri Luar Negeri ) pada masa pemerintahan SBY yang juga Kepala Pusat Studi Kebangsaan Indonesia ( Puski ) Universitas Prasetiya Mulya dalam paparannya antara lain menyatakan bahwa : " sistem politik dan sistem hukum pada saat itu sangat tidak mungkin membuka ruang kepada bangsa Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekasnnya. Namun demikian berkat komitmen para pemimpinnya akhirnya kemerdekaan dapat diraih , ujarnya.



Sementara itu Prof. Dr. Anhar Gonggong dalam paparannya berpandangan bahwa : " sistem politik dan sistem hukum Belanda yang sulit untuk membuka ruang bagi bangsa Indonesia , antara lain disebabkan untuk memperoleh manfaat sumber ekonomi , sebab Belanda sangat tergantung dari sumber ekonomi Indonesia. Namun demikian para pemimpin Indonesia mampu memanfaatkan ruang sempit tersebut untuk memproklamasikan kemerdekaan. 



Menurut Prof. Dr. Anhar Gonggong , bagaimana cara Belanda tetap dapat memperoleh sumber ekonomi dari Indonesia , ya sekuat tenaga tetap menjajah Indonesia . Sebab sumber ekonomi Belanda tergantung pada Indonesia , tandasnya.



Sementara itu pandangan Dr. Bondan Kanumoyoso dengan paparan yang komprehensif , pada akhirnya sependapat dengan para nara sumber sebelumnya yang berpandangan bahwa Indonesia memiliki pemimpin yang luar biasa , termasuk pemimpin yang terdidik yang tercerahkan . Oleh karena itu dalam ruang yang sempit bangsa Indonesia mampu memproklamasikan kemerdekaannya. 



Begitu pula pandangan Dr. Bonny Triyana sebagai pembahas yang secara sistematis memaparkan materi yang mendukung para nara sumber yang lain , karena memang para nara sumber memaparkan dengan jelas , misalnya Jepang menyerah pada sekutu , pengaruh sidang UNCIO terhadap perumusan teks proklamasi , sikap Belanda terhadap proklamasi , latar belakang Soekarno - Hatta diungsikan ke Rengasdengklok oleh para pemuda dan alasan dibalik persetujuan Indonesia bersedia berunding di KMB.


( HMS Wibowo )